B U K I T T I N G G I
detail news

01 Apr,2016 00:04

Artalia Ridwan Kamil Pelajari Pendidikan Inklusi ke Bukittinggi

Artalia Ridwan Kamil Pelajari Pendidikan Inklusi ke Bukittinggi

Bukittinggi, humas

Kamis (31/03) Kota Bukittinggi dikunjungi 32 orang rombongan Rehabilitasi Bersumber Masyarakat (RBM) dari Kota Bandung. Rombongan dipimpin Ny. Artalia Ridwan Kamil yang merupakan Istri Walikota Bandung dan disambut Ny. Yessi Endriani Ramlan Istri Walikota Bukittinggi di Hall Balaikota Bukittinggi.

Menurut Ketua Rombongan Ny. Artalia Ridwan Kamil menyatakan kunjungan kali ini adalah dalam rangka studi banding Pemko Bandung ke Bukittinggi dalam hal Penyandang Disabilitas. Artalia membawa 32 anggota rombongan antara lain SKPD yang berkaitan dengan pelayanan disabilitas. Seperti Kesra, Kepala Bagian Pemerintahan Umum, BKPPN, Diskominfo, Kabid Bappeda, Dinkes, Dinas Sosial, PDAM, 4 orang Camat dan Tim Ahli. Tujuan kedatangan menurut Artalia adalah untuk belajar ke Bukittinggi mengenai pelayanan disabilitas. Karena Bandung merasa belum sempurna, masih ada kekurangan dala pelayanan. Kunjungan ini dimanfaatkan menimba ilmu sehingga dapat memperbaiki pelayanan kepada penyandang disabilitas.

Lebih jauh Artalia mengatakan antara Bandung jika dilihat tidak jauh berbeda kondisinya. Sama-sama berhawa sejuk karena dikelilingi gunung dan bukit. Gadisnya cantik-cantik dan sikap masyarakatnya suka bergotong royong. Sebenarnya sejak kecil Artalia mengaku sangat ingin datang ke Bukittinggi. Baru kali ini impian itu tercapai. Kesempatan inipun akan menjadi ajang menjalin silarutahmi antara Bandung dan Bukittinggi. Dengan luas hanya 167,7 km² kota Bandung memiliki penduduk 2,7 jiwa. Permasalahan Kota cukup luar biasa aku Artalia. Apalagi Bandung Kota pariwisata dan Kota Terbuka. Bandung pun merupakan Kota pendidikan  dengan memiliki lebih 60 institusi pendidikan. Banyak Permasalahan yang dihadapi. Termasuk masalah disabilitas. Untuk itulah Bandung mendirikan Rehabitasi Bersumber masyarakat. RBM merupakan Organisasi dibentuk secara nasional. Tugasnya mengumpulkan aspirasi dan bergerak ditengah masyarakat. Saat ini RBM memiliki kader di 30 kecamatan yang ada di Bandung. Lembaga ini berkolaborasi dengan pemerintah. Sehingga apa yang RBM upayakan dapat dibuat benang merah oleh pemerintah untuk ditindak lanjuti. Memang banyak kesulitan dalam berkerja. Itulah yang ingin Kami pelajari dari Bukittinggi.

Sementara Ketua TP PKK Kota bukittingi Ibu Yessi Endriani Ramlan mengatakan Kota Bukittinggi adalah Kota Inklusi yaitu Kota kecil dengan 3 kecamatan dan 24 keluahan. Luasnya hanya 25 km persegi. Penduduknya hanya 122 ribu pada malam dan siang hari 350 ribu orang. Bukittinggi lanjut Yessi memiliki program pelayanan terhadap penyandang disabilitas yaitu pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang menyertakan semua anak secara bersama-sama dalam suatu iklim dan proses pembelajaran dengan layanan pendidikan yang layak dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa membeda-bedakan anak yang berasal dari latar suku, kondisi sosial, kemampuan ekonomi, politik, keluarga, bahasa, geografis (keterpencilan) tempat tinggal, jenis kelamin, agama, dan perbedaan kondisi fisik atau mental. Dikota Bukittinggi pendidikan inklusi berupa pemenuhan akses Anak disabilitas sekitar 410 Anak di sekolah reguler dan  900 Anak disabilitas di institusi lainnya. Kedatangan rombongan dari Bandung itupun akan dimanfaatkan menurut Yessi untuk bertukar informasi terhadap peyanan terhadap penyandang disabilitas.

Kabid Pendidikan Menengah Diknas Erdi, SPd  mengatakan Pelaksanaan pelayanann untuk anak-anak  berkebutuhan khusus sudah lama tapi belum menjadi perhatian khusua karena berada di Sekolah Luar Biasa. Padahal mereka juga mempunyai kemampuan untuk belajar Di sekolah reguler. Sesuai misi kita Bukittinggi tentang Pendidikan, sejak tahun 2005 Anak yang berkebutuhan khusus harus mendapat pelayanan yang optimal. Saat itu telah ada beberapa sekolah reguler yang menjalankan pendidikan inklusi. Apalagi diminangkabau ada falsafah, semua umat itu berguna. Ditahun 2005 itulah ada Deklarasi pendidikan inklusi tingkat nasional. Baru tahun 2014 Kota Bukittinggi mencanangkan sebagai Kota Inklusi. Tujuannya agar anak-anak disabilitas bisa mengikuti pendidikan disekolah regular. Sejak tahun 2014 itu ada beberapa sekolah yang ditunjuk untuk pelaksanaan pendidikan inklusi. Tahun 2016 ini telah ada 33 sekolah inklusi lanjut Erdi, yaitu 18 SD, 8 SMP baik negeri maupun swasta, 5 SMA dan 2 SMK. Faktor keberhasilannya adalah Manajemen pendidikan inklusi yang tepat, Dukungan Pemko, Komitmen teguh dari Pemko dan Diknas, sekolah penyelenggara dan pihak lainnya, Kerjasama bersinergi antar pihak, Komitmen Diknas memberikan wadah komunikasi antar jenjang SD, SMP dan SMA, Hubungan saling ketergantungan antara Disdik bersama sekolah penyelenggara dalam merumuskan dan menjalankan kebijakan penyelnggaraan pendidikan inklusif, Kebijakan proses langsung Anak Berkebutuhan Khusus  di setiap jenjang pendidikan dan Peningkatan SDM yang berkelanjutan. (fika)