B U K I T T I N G G I
detail news

17 Mar,2017 16:03

SAMBUT 33 TAHUN KOTA WISATA, BUTUH KERJASAMA SELURUH STAKEHOLDER

Pada Sabtu (11/03) lalu, Bukittinggi sebagai Kota Wisata telah berumur 33 tahun. Guna menjaring aspirasi, usul dan saran dari masyarakat dilakukan Dialog Interaktif selamat Pagi Walikota Bukittinggi bersama Radio Elsi FM pada Rabu (15/03) yang dipandu Asisten II Ismail di Ruang Kerjanya.

Asisten II Ismail dalam kesempatan itu mengatakan, "saat ini pembangunan dan pengembangan Bukittinggi sedang dipacu. Namun tetap merujuk kepada visi dan misi Walikota dalam RPJMD Menengah. Dari empat strategi unggulan Bukittinggi lebih diutamakan bidang pariwisata. Untuk itu segala pembangunan mengarah ke bidang pariwisata. Seperti Rehabilitasi Pedestarian Jam Gadang yang akan dipercantik dengan batu alam dan pengerukan aspal. Lalu pembangunan Rumah Sakit Daerah, Kantor DPRD." Tidak lupa ditegas kan Ismail seluruh pelayanan dibuatkan SOP yang jelas termasuk di lokasi wisata. Hal itu dimulai dengan penertiban parker dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat oleh ASN. Pemko pun telah melengkapi  wifi gratis untuk menunjang pelayanan dan meningkatkan pariwisata.

Untuk parkir jika membludak akan didirikan pos untuk mengarahkan pengunjung ke lokasi parkir terdekat. Diusahakan tidak parkir di pasar atas dan panorama agar tidak macet. Dibangun fasilitas berikut kegiatan kesenian di Ngarai untuk mengurangi kepadatan pengunjung ke Jam Gadang saat liburan. Namun Ismail berharap tetap ada usul saran dari masyarakat berkaitan dengan perkembangan Bukittinggi saat ini.

Jefri Asosiasi Pedagang Bukik Kandang Kabau sebagai salah satu narasumber dalam dialog itu berharap bagaimana implementasi pariwisata bagi pengunjung dapat ditingkatkan agar merasa aman dan nyaman. Jefri mengakui saat ini sudah ada pengaturan yang baik dari parkir. Namun tetap ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan. Seperti belum ada petugas di beberapa titik yang dilarang untuk parkir. Mewakili Pedagang, Jefri berharap janganlagi dilakukan penggembosan ban mobil di lahan yang tidak diijinkan. Adakan petugas yang bisa memberikan informasi untuk tidak parkir di lokasi itu. Lakukan sosialisasi kepada masyarakat. Sementara berkaitan dengan kuliner dan cinderamata khas Bukittingg, pedagang berharap ada aturan yang jelas dan standardisasi yang jelas untuk harga cinderamata itu. Seperti kepastian harga kain Kerancang bordir. Sehingga oknum pedagang tidak main pakuak harga yang membuat pengunjung malas berbelanja kembali. Jefri pun berharap Pemko lebih memberikan pelayanan tamu agar aman dan nyaman.

Sementara Suzi Yanti Kabid Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Disparpora mengatakan Bukittinggi menjadi Kota Wisata karena keunggulan keindahan alamnya. Pada 11 Maret 1984 dicanangkan. Ada beberapa event untuk peringatan 33 tahun Kota Wisata. Untuk mendukung pengembangan pariwisata, 200 ujung tombak pelaku wisata telah dilatih. Diantaranya Tukang foto, tukang parkir, kusir bendi dan sopir angkot. Tanggal 20 Maret akan ada pelatihan lagi. Tahun 2017 lanjut Suzi Yanti dilakukan pelatihan kepada pedagang bagaimana ber-Sapta pesona pariwisata kepada pengunjung. Tahun 2017 ini juga ada katalog yang berisikan tempat belanja, objek wisata, berapa jarak tempuh ke masing-masing objek wisata, harga standar bordiran dan Sulaman termasuk standar harga kuliner. Katalog ini bisa ditemukan di hotel untuk info bagi tamu. Suzi Yanti menegaskan pelayanan prima tidak saja dari Pemko tapi juga dari pedagang dalam sapa dan santun melayani pengunjung. Untuk mewujudkan kepariwisataan yang bonafit, memang seluruh stakeholder kota harus bekerja sama.

Perwakilan Himpunan Pramuwisata Indonesia Edward mengatakan sampat saat ini selalu menampung dan mendengar keluhan dari tamu. Untuk itu HPI bersama pemko sedang mengusahakan aturan yang jelas lewat perwako untuk standar pelayanan pariwisata, termasuk ketentuan lisensi guide yang jelas. HPI mengharapkan kedepan ada perwako yang jelas tentang travel agen. Sehingga tamu nyaman dengan pelayanan travel agen sah dan guide yang berlisensi. Masyarakat pun diharapkan tahu dan ikut mendukung dunia pariwisata. Tahu bahwa ekonomi kota Bukittinggi paling utama adalah pariwisata. Ketetapan harga yang pasti dan jelas perlu ada untuk kenyamanan pengunjung, tegas Edward.

B. Rafles dari ASITA memberikan pujian keberhasilan Pemko penetibkan parkir. Rata rata pengunjung luar kota salut akan keberhasilan itu. Setelah 33 tahun Kota Wisata, ASITA melihat masyarakat belum sepenuhnya menjadikan buatan tangan Bukittinggi sebagai produk utama. Di lapangan barang yang dijual malah banyak buatan luar daerah. Untuk itu Rafles mengharapkan keterampilan menjahit bagi remaja perlu dikembalikan, sehingga ada kreatifitas dan regenerasi untuk kerajinan tangan yang bernilai jual tinggi. Salah satu jalannya lewat memberdayakan masyarakat kurang mampu lewat Diklat untuk menjaga tradisi asli Bukittinggi. (fika)