B U K I T T I N G G I
detail news

23 Mar,2016 00:03

Peran Bundo Kanduang Tidak Hanya Soal Adat dan Budaya Saja

Peran Bundo Kanduang Tidak Hanya Soal Adat dan Budaya Saja

Bukittinggi, humas

Kemajuan zaman dan arus globalisasi membuat tugas dan beban Bundo Kanduang ditengah masyarakat Minang makin berat. Bundo Kanduang harus berada didepan dalam membentengi anak sekaligus memelihara adat dan budaya Minangkabau.

Demikian ungkap Walikota Bukittinggi H. M. Ramlan Nurmatias, SH saat memberikan sambutan pada Pertemuan Bulanan Bundo Kanduang Tingkat Kota Bukittinghi, Rabu (23/03) Di Hall Balaikota Lama Bukittinggi.

Peranan Bundo Kanduang menurut Ramlan sangat penting. Bundo Kanduanglah yang menentukan maju mundurnya Kota ini. Apalagi antara Bundo Kanduang Dan LKAAM adalah adat sabatang panjang. Pentingnya Peranan Bundo Kanduang apalagi karena diminangkabau memakai siatem matrilineal. Sehingga menarik bagi orang dari daerah lain untuk mempelajari adat istiadat minagkabau. Sejauh manapun kita merantau yang sako dan pusako tetap ditempat kelahiran. Bundo Kanduang sangat menjaga kehidupan maupun harta pusaka. Yang sako dan Pusako tidak bisa dirubah.

Saat ini lanjut Ramlan peranan Bundo Kanduang bukan hanya soal adat dan budaya saja. Tapi juga termasuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Harus ada ide ide usaha peningkatan ekonomi keluarga oleh Bundo Kanduang. Harus ada sumbangan pemikiran demi masa depan anak cucu. Termasuk juga harus bisa menunjang pariwisata di Bukittinggi. Karena itu Bundo Kanduang adalah tiang penyangga kota Bukittinggi. Tanpa peranan Bundo Kanduang, Kota bisa lumpun. Bundo Kandunglah yang menjaga kelangsungan Pemko.

Sementara Ketua Bundo Kanduang Kota Bukitting Hj. Pik Efni, Spd, MPd mengatakan Bundo Kanduang memiliki tiga makna yaitu perempuan yang dituakan didalam suatu kaum, merupakan ibu dari seorang Anak dan Bundo Kanduang sebagai sebuah organisasi. Organisasi Bundo Kanduang sendiri lahir 18 November 1974 lewat musyda Bundo kanduang di Payakumbuah. Ketua pertama yaitu almh ibu Jamilah Djambek. Saat ini Bundo Kanduang Kota Bukittinggi telah memiliki gedung Di Balerong Sari. Bundo Pik berharap Pemko dapat menjadikan Balerong Sari sebagai tempat kunjungan wisata.

Bundo Pik melanjutkan tujuan pertemuan hari ini untuk menjalin silaturahmi antara anggota Bundo Kanduang dan jajaran Pemko Bukittinggi. Menurut Bundo Pik fungsi Bundo kanduang adalah melestarikan adat. Apalagi saat ini krisis budaya telah mulai mengikis kelestarian adat budaya yang merusak generasi muda Minangkabau. Dunia telah dirasuki budaya merusak yang menjangkiti Anak muda kita. Pergaulan negatif sangat menyolok mata. Kita tidak mungkin menentang zaman. Namun perubahan zaman itu seharusnya tidak menghilangkan jati diri adat dan budaya minangkabau ditengah masyarakat. Bundo Pik pun menegaskan Bundo Kanduang siap mendukung kinerja dan program yang telah Walikota canangkan.

Ketua LKAAM Kota Bukittinggi Inyiak Datuak Maruhun mengatakan, Bundo Kanduang adalah limpapeh rumah yang gadang. Pertemuan kita kali ini akan menguatkan komitmen dan menyamakan langkah dalam menyelenggarakan adat. Hubungan antara Bundo Kanduang dengan LKAAM bersifat fungsional sebagai  ibu sako dan pemegang sako sekaligus pemegang tali matrilineal. Untuk itu LKAAM dan Bundo Kanduang berada dalam satu payuang pada adat Minangkabau. Bundo Kanduang adalah ibu yang menagndung, ibu yang menyusui dan ibu yang mendidik. Dapat dikatakan Bundo Kanduanglah  madrasah yang pertama bagi Anak kita. Untuk itu Bundo Kanduang harus memperluas ilmu, menjadi contoh teladan yang baik sekaligus memberi ruang yang luas terhadap kreatifitas anak.  

Penasehat Bundo Kanduang Kota Bukittinggi Ibu Yessi Ramlan mencermati sudah banyaknya perempuan minang yang tidak lagi memakai adat dalam berpakaian, perkataan dan sopan santun. Sudah banyak perempuan minang yang tidak tau lagi dengan “Kato nan Ampek”, kato mandaki, kato manurun, kato mandata, dan kato malereng. Itulah yang sekarang hampir selalu kita rasakan. Kita tidak bisa menutup mata atas perkembangan globaliasi. Namun jangan mengkambing hitamkan globalisasi. Kembalilah menjadi orang minang sejati, sesuai Adat basandi syarak syarak basandi kitabullah. (fika)