B U K I T T I N G G I
detail news

10 Mar,2016 00:03

Bukittinggi sambut Gerhana Matahari dengan Shalat Khusuf

Bukittinggi sambut Gerhana Matahari dengan Shalat Khusuf

Bukittinggi, humas

Sumatera Barat khususnya Bukittinggi akan dilewati Gerhana Matahari pada Rabu (09/03). Gerhana Matahari akan melewati Bukittinggi sekitar pukul 06.15 Wib. Pemko Bukittinggi akan melaksanakan Shalat Khusuf shalat gerhana di Masjid Jamik Tigo Baleh pada pagi itu.

Wakil Walikota Bukittinggi H. Irwandi, SH didampingi Sekretaris Daerah Kota Bukittinggi H. Yuen Karnova, SE saat rapat koordinasi bersama SKPD pada Senin (07/03) mengharapkan Aparatur Sipil Negara bersama warga masyarakat dapat mengikuti shalat khusuf itu bersama keluarga. Irwandi mengharapkan sebagai umat muslim kita meyakini gerhana matahari adalah salah satu kekuasaan Allah Swt. Janganlah menjadikan gerhana matahari sebagai tontonan. Sebaiknya isi dengan shalat khusuf. Apalagi sesuai anjuran kesehatan gerhana matahari itu tidak boleh dilihat langsung dengan mata telanjang. Setelah shalat khusuf, dilaksanakan khutbah dengan khatib dari Kemenag.

Gerhana matahari terjadi ketika posisi bulan terletak di antara Bumi dan Matahari, sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya Matahari. Walaupun Bulan lebih kecil, bayangan Bulan mampu melindungi cahaya Matahari sepenuhnya karena Bulan yang berjarak rata-rata jarak 384.400 kilometer dari Bumi lebih dekat dibandingkan Matahari yang mempunyai jarak rata-rata 149.680.000 kilometer. Ketika gerhana Matahari sedang berlangsung, umat Islam yang melihat atau mengetahui gerhana tersebut dianjurkan untuk melakukan salat gerhana (salat khusuf).

Gerhana matahari dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu Gerhana total, terjadi apabila saat puncak gerhana, piringan Matahari ditutup sepenuhnya oleh piringan Bulan. Saat itu, piringan Bulan sama besar atau lebih besar dari piringan Matahari. Ukuran piringan Matahari dan piringan Bulan sendiri berubah-ubah tergantung pada masing-masing jarak Bumi-Bulan dan Bumi-Matahari. Gerhana sebagian, terjadi apabila piringan Bulan (saat puncak gerhana) hanya menutup sebagian dari piringan Matahari. Pada gerhana ini, selalu ada bagian dari piringan Matahari yang tidak tertutup oleh piringan Bulan. Gerhana cincin, terjadi apabila piringan Bulan (saat puncak gerhana) hanya menutup sebagian dari piringan Matahari. Gerhana jenis ini terjadi bila ukuran piringan Bulan lebih kecil dari piringan Matahari. Sehingga ketika piringan Bulan berada di depan piringan Matahari, tidak seluruh piringan Matahari akan tertutup oleh piringan Bulan. Bagian piringan Matahari yang tidak tertutup oleh piringan Bulan, berada di sekeliling piringan Bulan dan terlihat seperti cincin yang bercahaya. Gerhana hibrida, bergeser antara gerhana total dan cincin. Pada titik tertentu di permukaan bumi, gerhana ini muncul sebagai gerhana total, sedangkan pada titik-titik lain muncul sebagai gerhana cincin. Gerhana hibrida relatif jarang.

Melihat secara langsung ke fotosfer matahari (bagian cincin terang dari Matahari) dapat membahayakan, karena mengakibatkan kerusakan permanen retina mata akibat radiasi tinggi yang tak terlihat yang dipancarkan dari fotosfer. Kerusakan yang ditimbulkan dapat mengakibatkan kebutaan. Mengamati gerhana Matahari membutuhkan pelindung mata khusus atau dengan menggunakan metode melihat secara tidak langsung. Penggunaan kaca mata untuk menyaksikan gerhana tidak aman karena tidak menyaring radiasi inframerah yang dapat merusak retina mata. Karena cepatnya peredaran Bumi mengitari matahari, gerhana matahari tak mungkin berlangsung lebih dari 7 menit dan 58 detik, sehingga pengamatan sebaiknya dilakukan sesegera mungkin.[1

Untuk diketahui masyarakat, tata cara shalat gerhana -sama seperti shalat biasa dan bacaannya pun sama, urutannya sebagai berikut. (1) Berniat di dalam hati dan tidak dilafadzkan karena melafadzkan niat termasuk perkara yang tidak ada tuntunannya dari Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam dan beliau shallallahu ’alaihi wa sallam juga tidak pernah mengajarkannya lafadz niat pada shalat tertentu kepada para sahabatnya. (2)Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa. (3) Membaca do’a istiftah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaherkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih).

(4) Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya. (5) Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ’SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD’. (6) Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama. (7) Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya. (8) Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal). (9) Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali. (10) Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya. (11) Tasyahud. (12) Salam. (13) Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak. (Fika)